Identitas Buku
Judul |
: |
Botchan |
Penulis |
: |
Natsume
Soseki |
Penerjemah |
: |
Indah Santi
Pratidina |
Penerbit |
: |
Gramedia
Pustaka Utama |
Tahun |
: |
Cetakan keduabelas,
2022 |
Tebal |
: |
20 cm |
Halaman |
: |
224 Halaman |
ISBN |
: |
978-602-065-209-2 |
Harga |
: |
Rp. 60.000 |
Diresensi
oleh |
: |
Shihatud
Diniyah An Nabilah |
Sinopsis Buku
Novel yang berjudul Botchan merupakan novel bergenre pendidikan dan
fiksi. Novel botchan karya Natsume Soseki menceritakan kisah seorang pemuda. Ia
yang diberi julukan “botchan” oleh seorang pramuwisma keluarganya. Kata
“botchan” dalam bahasa Jepang diartikan seperti Tuan muda. Pemberian julukan botchan
dimaksudkan karena rasa sayang pramuwisma yang bernama Kiyo, untuk pemuda
tersebut.
Pada novel ini diceritakan bahwa botchan merupakan seorang guru
muda yang tidak setuju dengan sistem pendidikan di desa tempat ia mengajar.
Botchan dalam novel ini memiliki karakter yang jujur, tegas, pantang menyerah,
mandiri, teguh pendirian, pekerja keras, tidak suka menganggap orang lain remeh,
dan tidak mau berpura-pura. Karakter botchan yang tidak mau berpura-pura kerap
menjadikan ia mengalami kesulitan ketika bersama orang-orang sekitar. Ia juga
memiliki kebiasaan memberikan julukan untuk orang-orang yang berada di
sekitarnya.
Botchan menjadi guru di Sekolah Menengah Atas yang berada jauh dari
Tokyo (tempat tinggalnya). Disana Botchan menemukan banyak ketidakadilan yang
sudah menjadi hal lumrah untuk dilakukan di lingkungan sekolah, ia bersama
temannya yang bernama Hotta (seorang guru matematika) tidak setuju dengan
sistem pendidikan, mereka melakukan banyal hal untuk menghentikan ketidakadilan
tersebut.
Kelebihan Buku
Novel ini menceritakan permasalahan yang kerap terjadi pada kehidupan sehari-hari. Tokoh utama pada
cerita Botchan merupakan seorang guru muda yang menghadapi banyak kesulitan
dalam menghentikan sistem pendidikan yang salah, permasalahan tersebut kerap
terjadi di lingkungan pendidikan yang lingkupnya meliputi; siswa, guru, orang
tua, dan permasalahan kehidupan sekolah. Pada hal ini perlu juga dijadikan
salah satu referensi seorang pendidik untuk selalu menegakkan dan mengajarkan
kejujuran serta keadilan.
Karakter yang bervariasi menambah daya tarik tersendiri untuk para
pembaca, terutama karakter Botchan yang kompleks (baik, jujur, tegas, namun
juga grusa-grusu dalam mengambil tindakan). Pada novel botchan
menggunakan sudut pandang orang pertama dengan didukung latar waktu, suasana,
dan tempat yang jelas, Penggunaan bahasa sehari-hari yang memudahkan para
pembaca untuk berimajinasi membuat cerita pun menjadi lebih mudah dipahami.
Novel ini mengandung pesan moral yang baik, sehingga relevan dibaca oleh
beberapa kalangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan; seperti guru, dosen,
dan wali murid. Karena dalam buku ini menjelaskan terkait kritik sosial dan
pendidikan yang ada di Jepang yang memiliki kemiripan dengan sistem pendidikan
di Indonesia.
Kelemahan Buku
Novel Botchan ini menggunakan alur cerita mundur dan tidak teratur, alur ini dianggap kurang menarik dan membuat pembaca harus berhenti pada beberapa kalimat untuk memahami ulang ceritanya. Terdapat beberapa bab yang memiliki alur yang menggantung, seperti pada bab 11 yang menceritakan pembalasan Botchan bersama Hotta kepada oknum guru. Tidak adanya daftar isi pada buku menjadikan beberapa pembaca kesulitan untuk meresensi, sehingga harus membaca ulang dari awal.
Penulis: Shihatud Diniyah An-Nabila