Dok. Freepik
Fenomena Citayam fashion week berawal dari para remaja yang berkumpul di Kawasan SCBD atau Sudirman Central Business District, hanya untuk sekedar nongkrong dan mencari hiburan dengan menggunakan fashion atau outfit yang menarik. Hingga, konsep catwalk ala model profesional terealisaaikan untuk memenuhi kebutuhan konten di sosial media, khususnya Tik Tok. SCBD yang merupakan kepanjangan dari Sudirman Central Business District sekarang diplesetkan oleh banyak orang dengan nama-nama yang baru yaitu Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok. Tentunya hal ini bukan tanpa alasan karena Sebagian dari remaja yang berkumpul di SCBD berasal dari daerah Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok. Sedangkan, fashion week terinspirasi dari gaya unik layaknya seorang model yang sedang berada di acara fashion show.
Fenomena Citayam fashion week (CFW), menghadirkan gambaran realitas sosial yang memberikan pengaruh terhadap tatanan sosial masyarakat. Salah satunya, kesuksesan anak muda dalam menyuarakan aspirasi. Namun, tidak semua pihak setuju dengan keberadaan remaja Citayam. Beberapa pihak menyayangkan keberadaan anak muda ini yang menimbulkan akses sosial seperti kemacetan jalan utama, membuang sampah sembarangan, parkir liar, pergaulan bebas, kehidupan malam yang bebas dan liar hingga, kentalnya nuansa lGBT di jalanan ibu kota. Dari situlah muncul nama-nama selebriti baru asal Citayam yaitu Bonge, Jeje slibew, Kurma, dan Roy Citayam. Kini, mereka rajin diundang ke acara PODCAST dan akun YouTube para public figure. Para selebriti Citayam juga laris menerima endorse aneka produk untuk dipromosikan.
Di balik aksi viral remaja Citayam terdapat kisah pilu mengenai kehidupan mereka. Sebagai Presidensi G20 tahun ini di Indonesia ternyata masih bayak remaja putus sekolah dan memilih menjadi penghasil konten video. Salah satu contohya Bonge (17 tahun) yang Bernama asli Satria Saputra adalah remaja putus sekolah sejak kelas 3 Sekolah Dasar yang bekerja sebagai pengamen dan biasa menghabiskan uang hasil ngamennya untuk biaya nongkrong.
Bertambahnya generasi sandwich di era pasca pandemi dikarenakan bertambahnya populasi orang dewasa yang harus menanggung hidup tiga generasi di sekitarnya yakni orang tua, diri sendiri dan anaknya. Generasi sandwich bertanggung jawab dalam urusan orang tua, yaitu orang tua yang dituakan dan dirinya sebagai pekerja professional. Dengan demikian, generasi muda saat ini dan yang akan datang diharapkan membangun kualitas remaja yang baik agar mampu menyokong kelompok lanjut usia dengan ekonomi yang tinggi.
Penulis: Nurul Nikmatul Imda (Universitas Islam Nahdatul Ulama Jepara)