Kita buat istana megah ini dari pondasi yang kokoh
Disambung dengan tiang tinggi sebagai penyangga
Kemudian atap baja sebagai pelindung cuaca
Kita bangun semua satu persatu
Kita bangun dengan kepercayaan yang tak semu
Ini nyata
Bukan sekedar asa
Bak petir menyambar
Kau hujam daku dengan panah penuh racun
Kau memilih pergi setelah kita berada di puncak kuasa
Apa kabar impian kita ?
Hanya karena waktu kau berani merubah segalanya
Ah, percuma
Asa yang kita bangun, gaharu yang kita tanam
Kau hancur leburkan bak panah yang melesat ke jantung pertahanan
Rupanya, diam-diam kau memilih mundur
Meninggalkan daku berjuang, kemudian kau bentur
Apa kau lupa?
Tangan siapa yang kau pegang saat pertama kali kau butuh tambatan?
Pundak siapa pula yang kau jadikan sandaran ?
Aku, lelaki yang kau benturkan pada pengkhianatan
Padahal kau dulu meraihku supaya bisa bertahan
Aku, lelaki yang membimbingmu membangun istana
Tapi diam-diam kau tega meninggalkan
Kau kira aku akan diam?
Ya, kau benar
Aku hanya diam
Melihat polahmu, Mencerna gelagatmu
Kemudian menghujamkan pisau pada hatimu yang tak berperasaan
Penulis : Azka Nurfadila (Kominfo HMJ PAI 2021)