dok. Freepik
Penulis : Muhammad Najwa Maulana (HMJ PAI Angkatan 2020)
Ilmu faroid mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, akan
tetapi bagi kalangan santri ilmu faroid terdengar begitu akrab. Wajar saja,
sebab ilmu faroid memang diajarkan hampir di setiap pondok pesantren terlebih
lagi pondok pesantren salaf. Lalu sebenarnya apa ilmu faroid itu?.
علم الفرائض هو فقه الموارث وعلم الحساب المواصل لمعرفة
ما يخص كل ذى حق من التركة
“Ilmu Faroid
adalah gabungan fikih warisan dengan ilmu hitungan yang digunakan untuk
mengetahui bagian yang diperoleh ahli waris dari harta tirkah.”
Pengarang ilmu faroid yaitu Allah SWT, ada
yang mengatakan yang mengarang ilmu faroid adalah ahli ijtihad. Permasalahan
dalam ilmu faroid adalah mencari keputusan berapa yang akan diperoleh oleh
masing-masing ahli waris. Hukum mempelajari ilmu faroid adalah wajib ‘ain
ketika tidak ada satu orangpun yang mempelajarinya dan menjadi wajib kifayah
ketika sudah ada yang mempelajarinya.
Tujuan ilmu faroid adalah menyampaikan hak-hak para ahli waris. Adapun
sumber-sumber yang digunakan dalam ilmu faroid adalah Al-Qur’an, hadis Nabi SAW,
ijma’ dan qiyas.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai
ilmu faroid, ada baiknya kita ketahui lebih dahulu apa itu tirkah?
التركة هي المال الذى تركه الميت لايوهب ولايوقف
“Tirkah
adalah harta peninggalan mayit yang tidak boleh dihibahkan dan diwakafkan.”
Harta tirkah tidak boleh dihibahkan dan
diwakafkan karena ada hak-hak yang akan diambilkan dari harta tirkah tersebut.
Berikut adalah hak-hak yang akan diambilkan dari harta tirkah:
1. Hak yang berhubungan dengan harta tirkah itu sendiri, seperti menebus
harta tirkah yang digadaikan atau untuk membayar denda melukai yang dilakukan
oleh mayit saat masih hidup dahulu.
2. Hak yang berhubungan dengan biaya merawat jenazah harus dilakukan dengan
baik, artinya tidak boleh terlalu hemat dan tidak pula berlebihan. Hal-hal yang
termasuk biaya merawat jenazah antara lain: membeli seperangkat pemularasan
(kafan, wangi-wangian, alat memandikan jenazah, biaya memandikan, menguburkan,
dll.).
3. Hak yang berhubungan dengan melunasi hutang-hutang mayit. Dalam melunasi
hutang harus didahulukan melunasi hutang kepada Allah seperti (hutang zakat
jual beli atau zakat tanaman) daripada hutang kepada sesama manusia.
4. Hak yang berhubungan dengan melaksanakan wasiat mayit apabila wasiat
tersebut tidak melebihi sepertiga harta tinggalan mayit.
Catatan
Berdasarkan
firman Allah:
مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوْصٰى بِهاَ اَوْدَيْنٍ
Lafal “او”
pada firman Allah di atas berfaedah للاءباحة
artinya dalam melaksanakan wasiat itu boleh didahulukan daripada melunasi
hutang atau sebaliknya, melunasi hutang boleh didahulukan dengan mengakhirkan
melaksanakan wasiat. Hal ini dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang
terjadi.
5. Hak yang berhubungan dengan membagi warisan yang ditinggalkan oleh
mayit.