Aku berdiri di ujung menara paling
tinggi
Dari sini semua nampak kecil
Mereka berjalan terarah dari sudut
menara,
Menuju bangunan bertingkat di ujung
timur sana
Semuanya rapi, memakai baju senada
satu dengan lainnya
Saling tertawa di sela perjalanan
Tapi tetap waspada akan elang yang
bertengger siap memangsa
Aku tersenyum,
Mereka semua sama,
Sama-sama dipisahkan jarak dengan
yang tersayang
Sama-sama merantau di negeri orang
Sama-sama bercitakan membangun
negerinya kelak di masa depan
Bukannya naif,
Tapi mereka benar berjuang demi
negerinya
Sekilas kulihat mereka menunduk
Kala seorang sepuh berjalan dengan
tongkat di tangan sebagai penyangga
Tak ada yang berani berjalan
mendahului sesepuh itu
Bahkan ada beberapa orang yang rela
terduduk demi memberikan sela tuk berjalan
Beberapa kali kulihat senyum di
wajah mereka
Saat sesepuh memegang pundak
sebagai tambatan berjalan
Bahkan ada yang girang setelah
kepalanya diusap oleh sang sepuh
Lagi-lagi aku tersenyum,
Abah,
Engkaulah orang yang dinanti mereka
Engkaulah orang yang selalu
diharapkan kehadirannya
Bukan sepertiku, yang selalu
membuat mereka ketakutan
Bahkan ketika kupanggil mereka
semua gemetar
Biarkan aku tetap menjadi mata
elangmu Bah,
Sampai aku benar siap menerima tuk
kau jadikan tumpuan di istanamu ini
Penulis : Azka Nurfadila (Kominfo HMJ PAI 2021)